Jumat, 23 Oktober 2009

PEMUDA-PEMUDI INDONESIA DAN SEMANGAT KEPAHLAWANAN: UNTUK PEMBANGUNAN BANGSA

Saat ini Indonesia dikategorikan sebagai negara yang sedang berkembang (developing country). Perkembangan Indonesia yang mencakup banyak bidang seperti politik, ekonomi, pen­didikan, kesehatan, dan sebagainya, semakin menggembirakan karena keberhasilan pembangunan nasional. Pembangunan nasional dilaksa­nakan dalam rangka pembangunan "manusia Indonesia seutuhnya" dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Manusia Indonesia seutuhnya merupakan manusia Indonesia yang dipenuhi dengan kehidupan yang serasi dan seimbang antara rohani dan jasmani, spiritual dan material, vertikal dan horisontal. Pembangunan seluruh masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang dilakukan di semua wilayah Indonesia dan ditujukan untuk seluruh rakyat Indo­nesia.

Tanggal 10 Nopember merupakan Hari Pahlawan. Para pahlawan Indonesia, seperti Pangeran Diponegoro, Ki Hajar Dewantoro, R.A. Kartini, Teuku Umar, Cut Nya’ Dien, Hasanuddin, Dewi Sartika, dll., dahulu telah berjuang keras dengan semangat kepahlawanannya untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Semangat kepahlawanan tersebut merupakan semangat untuk mentaati ajaran agama, berdisiplin, dan bekerja (belajar) yang keras, agar tujuan dapat tercapai. Semangat kepahlawanan tersebut harus diwarisi oleh generasi penerus untuk mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan. Pemuda-pemudi Indonesia, sebagai generasi penerus bangsa, harus mewarisi semangat tersebut. Mereka harus mentaati ajaran agamanya, berdisiplin dalam kehidupan, dan belajar dengan sungguh-sungguh.


Taat Ajaran Agama

Agama memberi banyak ajaran kebaikan kepada manusia, agar kebaikan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran dalam Agama Islam, misalnya ajaran menegakkan shalat, memberi banyak kebaikan, seperti kebersihan, kedisiplinan, solidaritas sosial, dan sebagainya. Shalat mengajarkan kebersihan, artinya orang shalat harus bersih atau suci badan, pakaian dan tempat sehingga ia harus berwudlu. Shalat mengajarkan kedisiplinan, baik disiplin waktu maupun disiplin peraturan, artinya orang shalat harus disiplin waktu (tepat waktu) dan taat kepada peraturan. Shalat jama’ah mengajarkan solidaritas sosial, artinya orang shalat berjama’ah harus melakukan gerakan dan bacaan yang sama, tidak membeda-bedakan status sosial.

Ibadah haji juga memberi ajaran kebaikan seperti pada ajaran shalat tersebut di atas. Misalnya, pakaian ihram yang berwarna putih melambangkan kesucian (kebersihan). Semua orang yang sedang berhaji memakai pakaian yang sama (pakaian ihram) dan melakukan rukun-rukun yang sama, artinya semua sama di hadapan Allah swt kecuali taqwanya. Ibadah puasa Ramadhan juga member ajaran kebaikan seperti kedisiplinan, kebersihan, dan solidaritas sosial. Orang yang berpuasa merasa lapar dan haus. Rasa lapar dan haus tersebut merupakan empati (merasakan perasaan orang lain) terhadap kaum fakir-miskin yang sering merasakan lapar dan haus, sehingga orang yang berpuasa harus membantu fakir-miskin.


Disiplin Nasional

Gerakan Disiplin Nasional (GDN) harus dikobarkan. GDN (misalnya disiplin berlalu-lintas dan disiplin antrian) dimaksudkan agar masyarakat umum dapat meningkatkan kesadaran terhadap kedisiplinan dan mempraktekkannya sehingga kualitas manusia Indonesia meningkat. Hal ini karena salah satu ciri khas bangsa yang maju adalah tingkat kedisiplinan yang tinggi.

Kata discipline (disiplin) dalam kamus AS Hornby diterjemah­kan sebagai training to produce self control (latihan untuk menghasilkan kontrol diri), habits of obedience (kebiasaan taat), dan set rules for conduct (seperangkat aturan untuk urusan sesua­tu). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "disi­plin" diartikan sebagai "tata tertib", "ketaatan pada peraturan", dan "bidang studi yang memiliki obyek".

Sebagai faktor dominan pembangunan bangsa, disiplin nasional meru­pakan perwujudan ketaatan pada hukum (peraturan) yang berlaku dalam masyarakat. Kedisiplinan nasional yang kuat harus menjadi suatu kebutuhan. Kedisiplinan menjadi syarat utama terbentuknya manusia yang berkuali­tas baik. Jika kedisiplinan diabaikan, bangsa kita tidak akan mampu menghadapi persaingan dengan negara lain pada masa datang.

Kedisiplinan di Tanah Air secara umum masih memprihatinkan, misalnya soal antrian. Di tengah antrian panjang, seenaknya saja seseorang menyerobot, tanpa menghormati hak orang lain yang dilaluinya. Di tengah antrian mobil di jalan raya, seenaknya sendiri main klakson (bel) keras-keras yang dapat mengganggu orang lain, padahal masih ada antrian panjang. Masih ada orang yang asal masuk tanpa membeli karcis saat akan menonton pertunjukan. "Jam karet" untuk suatu program masih saja molor. Membuang sampah dan meludah seenaknya saja tanpa memperhatikan tempatnya.

Disiplin nasional dilaksanakan di berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi, politik, kesehatan, transportasi, dan sebagainya. Dalam bidang pendidikan misalnya, guru, murid, dosen, maha­siswa, dan karyawan lembaga pendidikan hendaknya mendukung gera­kan tersebut. Dalam hal ini, pemuda-pemudi Indonesia dapat mempraktekan kedisiplinan, sebagaimana ajaran disiplin dalam ibadah shalat, puasa, dan haji.

Belajar Sungguh-sungguh

Semangat kepahlawanan yang sangat penting adalah bekerja dengan keras (sungguh-sungguh). Semangan kepahlawanan untuk pemuda-pemudi Indonesia adalah belajar dengan sungguh-sungguh sehingga tercapai apa yang dicita-citakan. Bagi seorang pemuda-pemudi muslim misalnya, kegiatan belajar harus diniati ikhlas karena Allah semata dan bertujuan mencari ridha Allah swt. Spirit belajar harus didasarkan pada peribadatan (pengabdian) kepada Allah, sehingga dapat bernilai ibadah. Belajar harus dilandasi dengan semangat keikhlasan, disertai dengan perencanaan yang baik, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja sama, kreatifitas, dan evaluasi.

Sebagai seorang pemuda/pemudi, rencana belajar harus benar-benar matang dan mantap. Pelajaran masa lalu dan kenyataan masa kini dipertimbangkan dengan masak untuk kebaikan masa depan. Sebagaimana diingatkan dalam al-Quran, "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Tuhan, dan lihatlah dirimu apa yang telah terjadi masa lalu untuk masa depan. Bertaqwalah kepada Tuhan, sesungguhnya Tuhan Maha Waspada terhadap apa yang kamu perbuat". (QS. 59:18).

Disiplin meliputi disiplin aturan dan disiplin waktu. Disiplin aturan yaitu ketaatan pada aturan-aturan yang telah ditentukan. Disiplin waktu menunjukkan ketepatan waktu dalam suatu aktifitas misalnya meeting. Dalam hal disiplin waktu, Allah mengingatkan : "Janganlah kamu mengatakan tentang suatu urusan, 'besok hari saya kerjakan pekerjaan itu', melainkan jika dikehendaki Allah ..." (Q.S. 18:23-24).

Sebagai manusia beragama, tentunya kita berkeyakinan bahwa "kerja di dunia" akan dipertanggung-jawabkan baik di dunia maupun di akhirat; Di dunia bertanggung jawab pada atasan, orang tua, guru, masyarakat, atau negara; sedang di akhirat bertanggung jawab kepada Tuhan. Kita akan bertanggung jawab atas bagaimana bekerja (belajar) dan apa hasil kerjanya (hasil belajar). Allah berfirman, "Katakanlah, 'Bekerjalah kamu. Allah nanti akan melihat pekerjaanmu, serta Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Kamu nanti akan dikembalikan kepada Yang Mengetahui barang ghaib dan nyata, lalu dikabarkan kepadamu apa-apa yang telah kamu kerjakan" (Q.S. 9:105).

Belajar hendaknya dilakukan dengan penuh kreativitas dan dinamis, sebab kreativitas akan memunculkan suatu output baru yang akan berkembang, sedangkan dinamis akan menunjukkan belajar yang keras (sungguh-sungguh). Al-Quran mendorong manusia untuk kreatif dan dinamis, sebagaimana disebutkan, "Apabila telah menyelesaikan suatu pekerjaan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh pekerjaan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu kamu mengharap" (Q.S. 94:7-8).

Evaluasi merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Hal ini akan menemukan kekurangan sekaligus kelebihan. Kekurangan untuk diperbaiki, sedang kelebihan untuk dipertahankan dan ditingkatkan. Allah mengisyaratkan dalam hal ini, "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Tuhan, dan lihatlah dirimu apa yang telah terjadi masa lalu untuk masa depan. Bertaqwalah kepada Tuhan, sesungguhnya Tuhan Maha Waspada terhadap apa yang kamu perbuat" (QS. 59:18).

P e n u t u p

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan "manusia Indonesia seutuhnya" dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Manusia Indonesia seutuhnya merupakan manusia Indonesia yang dipenuhi dengan kehidupan yang selaras dan seimbang. Pembangunan seluruh masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang dilakukan di semua wilayah Indonesia dan ditujukan untuk seluruh rakyat Indonesia.

Untuk mencapai cita-cita pembangunan tersebut, dengan semangat kepahlawanan peran pemuda muslim tidak dapat diabaikan. Mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan di berbagai bidang dengan menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya. Mereka harus mampu menunjukkan dan membuktikan kegiatan belajar yang positif. Beberapa ciri kegiatan belajar positif adalah mempunyai niat yang ikhlas, spirit kerja yang tinggi, planning yang mantap, teguh berdisiplin, tanggung jawab, kreatif/dinamis, dan evaluasi.

Gerakan Disiplin Nasional dimaksudkan agar masyara­kat umum dapat meningkatkan kesadaran terhadap kedisiplinan dan mempraktekkannya sehingga kualitas manusia Indonesia meningkat. Hal ini karena salah satu ciri khas bangsa yang maju adalah tingkat kedisiplinan yang tinggi. Pemuda-pemudi muslim dapat mengaktualisasikan kedisiplinan dengan mengamalkan ajaran-ajaran disiplin dalam ibadah shalat maupun ibadah haji. Wallaahu A'lam